Tahukah anda bahwa definisi obesitas dan overweight itu berbeda?
Obesitas
adalah keadaan kesehatan dan status gizi dengan akumulasi lemak tubuh berlebih
disertai resiko kelainan patologis yang multi organ. Obesitas didefinisikan
sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara
berlebihan Obesitas disebut juga sebagai suatu penyakit multifaktorial yang diduga bahwa
sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan
pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi (Hidayati 2002).
Obesitas
terjadi karena asupan makanan yang dikonsumsi meningkat namun aktivitas
penderita adalah ringan. Pola makan yang salah (terbiasa makan makanan
berlemak tinggi), gaya hidup modern yang kurang gerak, stres yang dilarikan
pada makanan, dan faktor keturunan. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang
lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh
dengan berat badan pada wanita adalah sekitar 25-30% dan pada pria sekitar
18-23%.Walaupun lemak amat berguna bagi tubuh, berbagai penyakit dapat timbul
karena kelebihan lemak. Salah satunya adalah obesitas atau kelebihan berat
badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Wanita dengan
lemak tubuh lebih dari 25% (pada pia 20% atau lebih) dari berat ideal yang
sesuai untuk tinggi tubuh dianggap mengalami obesitas. Obesitas ini merupakan
faktor resiko dari dislipidemia dan hipertensi. Akibat obesitas dan overweight akan mengakibatkan dislipidemia
Dislipidemia
adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma, yaitu peningkatan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, dan/atau trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL
dalam darah (Almatsier 2005). Dislipidemia
merupakan salah satu faktor risiko utama aterosklerosis dan penyakit jantung
koroner. Dislipidemia adalah salah satu komponen dalam trias sindrom metabolik
selain diabetes dan hipertensi.
Etiologi/Penyebab dari dislipidemia
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut (Bachri
2004).
a.
Faktor Jenis Kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal tersebut
disebabkan karena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan dari hormon
reproduksi. Pria lebih banyak menderita aterosklerosis, dikarenakan hormon seks
pria (testosteron) mempercepat timbulnya aterosklerosis sedangkan hormon seks
wanita (estrogen) mempunyai efek perlindungan terhadap aterosklerosis. Akan
tetapi pada wanita menopause mempunyai risiko lebih besar terhadap terjadinya
aterosklerosis dibandingkan wanita premenopouse.
b.
Faktor
Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ
tubuhnya semakin menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan
dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan
kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL relatif
tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di
lumen pembuluh darah dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun.
c.
Faktor
Genetik
Faktor genetik
merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya
dislipidemia. Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat – sifat tertentu (spesific – trait)
diturunkan secara berpasangan yaitu kita memerlukan satu gen dari ibu dan satu
gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dapat diakibatkan oleh
faktor dislipidemia primer karena faktor kelainan genetik.
d.
Faktor
Kegemukan
Kegemukan erat
hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah komplikasi yang dapat terjadi
sendiri – sendiri atau bersamaan. Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara energi yang masuk bersama makanan, dengan energi yang dipakai. Kelebihan
energi ini ditimbun dalam sel lemak yang membesar. Pada orang yang kegemukan
menunjukkan output VLDL trigliserida yang tinggi dan kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi.
Trigliserida berlebihan dalam sirkulasi
juga mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan HDL mengalami
lipolisis, akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas ini secara
tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang rendah.
e.
Faktor
Olah Raga
Olah raga yang
teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol HDL meningkat secara
bermakna. Lemak ditimbun dalam di dalam sel lemak sebagai trigliserida.
Olahraga memecahkan timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan
gliserol ke dalam aliran darah.
f.
Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida, dan menekan kolesterol HDL. Pada seseorang yang
merokok, rokok akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung
dalam asap rokok akan merangsang hormon adrenalin, sehingga akan mengubah
metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah.
g.
Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan
hiperkolesterolemia dan aterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL sehingga mempunyai
risiko terjadinya dislipidemia.
Gambaran Laboratorium Dislipidemia
Menurut pedoman dari
NCEP ATP III (National cholesterol Education Program, Adult Panel Treatment
III) yang mengatur pedoman teknis pengaturan dan penetapan displipidemian antara
lain menetapkan bahwa :
- Total
Kolesterol :
Nilai Normal < 200 mg/dl
Perbatasan tinggi 200 – 239 mg/dl
Tinggi > 240 mg/dl
- LDL
Kolesterol :
Optimal < 100 mg/dl
Mendekati optimal 100 – 129 mg/dl
Perbatasan tinggi 130 – 159 mg/dl
Tinggi 160 – 189 mg/dl
Sangat tinggi > 190 mg/dl
- HDL
Kolesterol :
Rendah < 40 mg/dl
Tinggi 60 mg/dl
- Trigliserida
Normal < 150 mg/dl
Perbatasan tinggi 150 -199 mg/dl
Tinggi 200 – 499 mg/dl
Sangat tinggi > 499 mg/dl
Pengobatan, Perawatan dan Pencegahan
Pengobatan dapat dilakukan secara
farmakologi dengan pemakaian obat-obatan atau non farmakologi tanpa menggunakan
obat-obatan. Penurunan kadar kolesterol dalam darah dengan pengobatan non
farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
Terapi diet
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien,
mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol
serta berapa sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih
tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci,
yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan
penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung
ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah
4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan.
Latihan jasmani
Dari
beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL
dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan
meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan
berat badan.
Setiap melakukan latihan
jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1) Pemanasan dengan
peregangan selama 5-10 menit
2) Aerobik sampai denyut
jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maximal ( 220 - umur ) selama
20-30 menit .
3)
Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10
menit. Frekuensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti
diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60
menit dalam tahap aerobik.